Our Blog

Pelajar Sholat Subuh Berjamaah Menjadi Wadah Yang Ingin Jadi Orang Hebat

Mengikuti kegiatan Gerakan Pelajar Subuh Berjamaah (GPSB) yang diselenggarakan Ranting IPM SMAM10, mata kita akan tertujuh anak-anak muda yang menggunakan pakaian gamis duduk rapi di dalam masjid menghadap kiblat, suasana tertib, rapi dengan jiwa optimis menatap ke depan. Para pelajar mayoritas pengurus sekolah, merupakan pelajar-pelajar yang diharapkan bisa menjadi tauladan, inspirasi dan motivasi terhadap sesama teman-temannya. Sholat subuh berjamaah tidak hanya melaksanakan sholat saja, tetapi juga membuka ruang buat anak-anak untuk terus menerus melakukan inovasi dan kreativitas dalam melakukan penguatan aqidah.

Sholat subuh berjamaah yang awalnya sebagai ajang silaturahim, kemudian bertambah fungsi menjadi tempat kajian sampai akhirnya menjadi tempat pengembangan kreativitas. Disamping ajang kreativitas sholat subuh berjamaah dijadikan juga sumber informasi keislaman salah satu tujuan melibatkan Tuhan dalam materi kajian, akhirnya Tuhan juga “menyatu” di hati para siswa. Implikasinya, akhlak siswa semakin baik. Ilmu yang mereka dapatkan menambah baik akhlak mereka.

Menurut Sudarusman Kepala Sekolah SMA muhammadiyah 10 Surabaya, dari sisi manfaat sholat subuh berjamaah adalah salah satu metode pembelajaran yang strategis. Dalam pemanfaatan waktu dari aktivitas yang pertama dan ke dua adalah aktivitas siswa sebagai pembelajar yang aktif, ini sangat berbeda manakala ketika siswa belajar di sekolah, justru guru lebih berperan aktif.

“Saya melihat pelaksanaan GPSB yang ke tiga para pengikutnya sudah mulai beragam, tidak hanya pengurus IPM, namun sudah berkembang pengurus kelas, bahkan para pengajarnya sudah mulai banyak yang turut serta dalam pelaksanaan GPSB. Ya mungkin ke depan akan semakin berkembang jika anak-anak diberikan ruang untuk berekspresi bagi peserta GPSB, terutama kebanggaan terhadap agamanya,” ujarnya

Dia menambahkan lagi bahwa GPSB harus bisa mewadahi dan memfasilitasi kegiatan para peserta GPSB yang mau belajar khususnya dalam bidang agama. Yang menjadi pertanyaan, apakah mau ustad dan ustdzahnya memberikan peluang seluas-luasnya pada siswa-siswinya. Intinya adalah membangun khultur GPSB agar tidak jauh dari tujuan awal, anak tidak menjauh terhadap Tuhan, serta memiliki kebanggaan terhadap agamanya.

Bisa saja GPSB dijadikan sarana pusat pengembamgan anak kreatif, pengembangan jiwa entrepreneurship atau dijadikan sarana menampilkan karya-karya atau kompetensi-kompetensi yang mereka miliki.Maka dari itu, “mau tidak mau harus dibuatkan jadwal yang rutin, yang sudah terintegrasi dengan kegiatan para siswa yang akan menampilkan karya atau potensi masing-masing,” katanya.

Idealnya GPSB bukan hanya sarana pembelajaran saja namun bisa juga menjadi tempat pembinaan kader-kader persyarikatan, ke depan mereka akan menjadi kader-kader yang hebat. GPSB secara sepirit harus tetap tempat pembelajaran para pengurus sekolah, hanya saja bisa dikemas dengan kreativitas dalam konteks yang berbeda. Biasanya para narasumber hanya internal, sekarang harus ada keberanian memanfatkan orang sukses sebagai nara sumber, dengan ketentuan kompetensinya tidak harus terintegrasi ayat-ayat suci Al-Quran.

“Keberanian ini harus didukung dengan pengetahuan, sehingga ruh atau spirit awal GPSB harus tetap terjaga dan terus dikembangkan dengan tetap bermuarah pada spirit yang pertama,” jelasnya bapak kepala sekola saat melakukan evaluasi setelah GPSB yang ke tiga.

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ustadz Putra

Segera Membalas...