“Buat anak-anakku yang tidak pernah berhenti untuk berkarya”
Pagi itu di SMAM10 waktunya UTS, semua siswa dan gurunya bergegas menata diri menyambut pagi dengan penuh antusias. Ada yang duduk sambil membaca buku, ada yang langsung bergegas menuju ke lantai atas, namun ada pula yang masih duduk-duduk, ada juga yang datang terlambat
Dari sekian siswa SMAM10 ada satu siswa peserta ujian yg juga sebagai atlet andalan sekolah menghampiri saya di depan ruang kepala sekolah lalu bertanya;
“Assalammualaikum Pak”.
“Waalaikumsalam”, jawab saya
Pak mengapa pak Sudar, sering mengatakan jangan takut salah, salah itu indah, kalah itu sudah jadi juara?” Tanya siswa sambil mendekat dan duduk di samping saya.
Dengan suara rendah dan penuh kasih sayang, saya menjawab pertanyaannya
“Belajar itu tidak harus selalu dimulai dari benar, namun bisa juga dari kesalahan. Belajar yg paling penting belajar menerima kenyataan, artinya, setiap yg terjadi adalah milik Allah. Sehingga do’a kita
tidak meminta kpd Allah SWT utk mengabulkan semua harapannya, namun kita berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi”, jawab saya sambil sy pegang kepala mereka dengan lembut.
Saat pembagian raport, ternyata anak ini termasuk peringkat bawah, saya sempatkan menghampiri dan bertanya kepadanya;
“Hai nak …, kamu pasti kecewa ketika melihat raportmu ada diperingkat bawah ?”
Sungguh saya amat terkejut, melihat ekspresi wajahnya yg begitu dingin, tenang dan santai. Ia benar-benar memiliki mental petarung, siap menghadapi segala macam problema.
Anak itu menggeleng….: semabari berucap
“Tidak pak….., “rasanya tidak benar bila saya kecewa apalagi menyalakan keadaan, atau menyalahkan orang lain”, ujar mereka
“Saya merasa bangga, walaupun diperingkat bawah, ini semua adalah nikmat yg Allah berikan, ini semua adalah sebuah prestasi”, yang Allah telah berikan”, disampaikan dengan ekspresi wajah yang penuh optimisme.
Mendengar apa yang ia katakan saya sempat tertegun dan hampir tidak percaya. Setelah beberapa saat, terdengarlah isakan tangis, sembari mencium tangan saya dan mengatakan;
“Maaf pak, terima kasih atas ilmunya, yg bapak ajarkan”, tambah dia.
Tidak terasa saya, ikut larut atas kegembiraan yg dirasakan oleh siswa prestasi, sambil saya peluk dan saya bisikkan,
“Nak saya bangga kepada kamu, karena kamu sudah bisa memecakan problemamu sendiri, itu bukan pekerjaan yang muda, apa lagi, sebagai atlet yang selalu berprestasi dan membawa nama sekolah,” saran saya.
“Jangan lupa untuk sholat dan berdo’a terutama buat kedua orang tua, agar Allah selalu memberi yang terbaik”, tambah saya.
Waktu terus bejalan, matahari mulai menyinari SMAM10, diikuti suara bel masuk bertanda UTS di mulai.
“Sudah sekarang kamu masuk keatas untuk mengikuti UTS, ingat jangan takut salah”, himbauan saya
Mereka tersemyum dan pamit masuk kelas untuk mengikuti UTS.
Seringkali kita berdoa pada Allah SWT untuk mengabulkan setiap permintaan kita.
Kita meminta agar Allah SWT memberikan peringkat pertama atau juara di setiap lomba atau jejuaraan yg kita ikuti.
Tidak salah memang, namun bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan dan hikmah-Nya untuk dapat mengerti rencana-Nya , terutama saat kita mengalami kegagalan dan kekalahan?
Seharusnya kita berdoa meminta kekuatan untuk bisa menerima kehendak Allah SWT sebagai yang terbaik dalam hidup, sekalipun mungkin itu sangat tidak menyenangkan.
Berdoa untuk benar dan menang itu biasa, tapi berdoa untuk bisa mengerti kehendak-Nya saat kita salah dan kalah itu luar biasa..